LINGKUNGAN
PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
oleh: Muh. Roghibi
ABSTRAKSI
Pendidikan karakter menjadi
program pemerintah yang beberapa tahun ini menjadi prioritas utama dalam proses
pendidikan yang berlangsung dari tiap lembaga pendidikan, hal tersebut berdasar
dari keprihatinan kondisi bangsa Indonesia khususnya generasi muda mulai
bergeser moral mencerminkan kepribadian bangsa. Sebagai contoh adalah
pergeseran nilai-nilai karakter akhlak pada diri seseorang.
Didalam perjalanan kehidupannya,
seseorang tidak bisa lepas dari tempat dimana dia hidup atau bisa dikatakan sebagai
lingkungan tempat tinggal. Ada tiga lingkungan yang berperan penting dalam
membentuk kepribadian seseorang. Yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat.
Lingkungan keluarga adalah
lingkungan pertama seseorang hidup, bersama orang tua kehidupan pertama
dilalui. Kepribadian baik ataupun buruk keluargalah yang menentukan nantinya.
Seorang anak memiliki kecenderungan meniru orang tua yang mengasuhnya. Jika
seorang anak hidup dilingkungan keluarga yang Islami, yang menjalankan kehidupan
sesuai dengan ajaran Islam, sudah bias dipastikan anak tersebut akan tumbuh
menjadi apa yang di inginkan oleh orang tuanya.
Selanjutnya lingkungan sekolah
sebagai lingkungan kedua seorang anak hidup. Lingkungan sekolah yang teratur
dan terib, di ajarkan nilai-nilai krpibadian yang sesuai dengan falsafah Negara
dan keislaman yang beriringan, pasti seorang anak akan menjadi orang yang
tangguh yang mampu membrikan warna yang positif dilingkungan dimana anak
tersebut nantinya tinggal.
Terakhir adalah lingkungan
masyarakat, sebagai barometer dari hasil pendidikan keluarga dan pedidikan
sekolah. Jika kehidupan keluarga dan sekolah didapatkan seorang anak dalam
lingkungan yang kondusif tertib dan teratur, maka sekembalinya kedalam
masyarakat pastinya memberikan kontribusi yang positif yaitu terciptanya budaya
yang sejalan dengan kepribadian bangs, khususnya kehidupan yang Islami.
Ketiga lingkungan tersebut,
tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, tetapi ketiganya merupakan satu kesatuan
yang saling berkesinambungan dan mendukung. Jika ketiganya mampu memfungsikan
perannya dengan sebaik-baiknya, maka pasti terciptanya pribadi yang berkarakter
sesuai dengan harapan bangsa. Kehidupan akan berjalan dengan tuntuna Islam,
sehingga masalah-masalah moral yang akhir-akhir ini menjadi problem secara
berangsur-angsur kembali kepada kehidupan bangsa yang bermoral dan bermartabat.
A.
PENDAHULUAN
Manusia terlahir sebagai mahluk sosial, artinya
manusia tidak mampu hidup sendirian membutuhkan orang lain. Manusia membutuhkan
teman untuk berinteraksi karena manusia memang hidup di dunia ini dalam
lingkungan tertentu.
Perjalanan hidup seseorang pastinya tidak mampu lepas
dari dimana manusia itu hidup. Dilingkungan seperti apa dia menjalankan
kehidupannya, maka dari itu lingkungan memberikan pengaruh pada kepribadian
seseorang, baik pengaruh yang baik atau buruk. Berbicara tentang lingkungan
pada saat ini, kita dihadapkan pada suatu keadaan dimana lingkungan menjadi faktor
utama dalam menentukan hasil keadaan seseorang kelak. Kondisi zaman sekarang
ini dengan adanya kemajuan berbagai ilmu dan teknologi pengaruhnya luar biasa
bisa dirasakan.
Dalam ilmu psikologi barat, lingkungan mempunyai
posisi yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Teori
tersebut terkenal dengan yaitu teori Empirisme. dimana lingkunganlah
yang menjadikan seseorang itu kelak seperti apa, pengalaman apa saja yang di
rasakan oleh seseorang dalam lingkungan hidupnya kelak yang akan memebentuk
karakternya.
Selain itu di dalam Islam sendiripun ternyata Rasulullah
juga memiliki pendapat tentang kepribadian seseorang yang tersirat didalam
hadistnya, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yaitu :[1]
قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan ‘fitrah’. Maka, kedua orang tuanya (mewakili
lingkungan) yang dapat menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.(H.R
Bukhari)
Melihat hadist di atas, maka kepribadian seseorang
dalam prosesnya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam Islam sendiri
sebenarnya juga memiliki beberapa aliran yang terkait dalam hal itu, seperti
aliran jabariah dan qodariah.
Namun dalam makalah ini, penulis akan membahas pada
pengaruh lingkungan keluarga yang Islami dalam pembentukan karakter atau
kepribadian seseorang. Sejatinya jika membahas kajian lingkungan setidaknya ada
3 lingkungan kaitannya dengan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dalam ruang lingkup keislaman, artinya
sejauh manakah lingkungan Islam dalam memberikan kontribusinya dalam memelihara
umatnya untuk selalu berada jalan Allah swt dari tinjauan filsafat pendidikan Islam,
dan lingkungan pendidikan Islam dalampembentukan karakter.
B.
HAKIKAT LINGKUNGAN
PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
1.
Pengertian Lingkungan Pendidikan
Islam dalam Pendidikan Karakter.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud
dengan lingkungan adalah daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk
didalamnya.[2]
Sedangkan Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk
hidup lainnya.
Lingkungan adalah sesuatu yang berada diluar
diri anak dan mempengaruhi perkembanganya. Menurut Sartain (Ahli
psikolog dari Amerika) mengatakan bahwa yang dimaksud lingkungan sekitar
adalah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingka laku manusia, pertumbuhan, perkembagan, kecuali
gen-gen.[3]
Jadi lingkungan adalah suatu tempat dimana seseorang
itu hidup dan berkembang. Jika dihubungkan dengan lingkungan Islam maka suatu
keadaan yang selalu dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam atau berkarakteristik
keislaman adalah lingkungan Islami, Artinya keadaan lingkungan yang berkarakter
Islami sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah.
Dalam Islam sendiri lingkungan Islami menjadi salah
satu tujuan dari upaya pendidikan Islam. Karena Rasulullah sendiri dalam upaya
mengembangkan Islam saat hijrah di kota
madinah, yang dilakukan pertama kali adalah membangun masjid sebagai pusat
ibadah dan pendidikan. Artinya lingkungan Islam yang di inginkan oleh Rasulullah
pada saat itu bermuara dari masjid sebagai lingkungan yang memberikan
pendidikan untuk kehidupan masyarakat selain sebagai sarana untuk beribadah.
Sedangkan pendidikan sudah banyak dijelaskan oleh
banyak pakar pendidikan, diantaranya beberapa pendapat dari ahli pendidikan
barat yang dikutip oleh H. M. Arifin diantarnya :[4]
a.
Mortimer J. Adler menjelaskan
bahwa pendidikan adalah suatu proses dengan nama semua kemampuan m,anusia
(bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan
dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat
dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri
mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik
b.
Herman H. Horne berpendapat
bahwa pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia
secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesama manusia dan dengan
tabiat tertinggi dari kosmos.
Jadi arti pokok yang terkandung dari pendapat di atas
adalah bahwa proses pendidikan itu mengarah pada tujuan tertentu. Tujuan kearah
yang lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan menurut pakar dari kalangan pendidikan Islam
yang juga dikutip oleh Arifin, yaitu prof. Dr. Oemar Muhammad Al-Toumy
al-Syaebani menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah sebagai usaha mengubah
tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatan
dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses pendidikan.[5]
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang
tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah
seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, alam yang bergerak
maupun alam yang tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai
hubungan dengan seseorang”.[6] Hal
yang sama juga ditandaskan oleh Zuhairini, bahwa lingkungan dalam konteks agama
adalah lingkungan alam sekitar di mana anak didik berada, tentunya memiliki
pengaruh terhadap perasaan dan sikapnya akan keyakinan atau agamanya.[7]
Jadi bisa di ambil sebuah pengertian bahwa lingkungan
pendidikan Islam adalah suatu tempat yang memungkinkannya berkembangnya
seseorang secara normal sehingga mampu meningkatkan kualitas diri, dan
mengaktualisasikan diri berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam.
Pendidikan karakter pada saat ini menjadi pembicaraan
yang cukup hangat, sebagai pengembangan sistem pendidikan yang ada di Indonesia.
Dimana pendidikan dirasakan oleh pemerintah telah mengalami degradasi yang
menjadikan pemerintah melakukan berbagai upaya pengembangan pendidikan yang
sudah berjalan selama ini.
Pendidikan karakter adalah upaya untuk membentuk budi
pekerti atau perilaku yang tercermin dalam kata, perbuatan, sikap, pikiran,
perasaan, kerja, dan hasil karya berdasarkan nilai, norma dan moral luhur
bangsa Indonesia melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.[8] Selain
itu, pendidikan karakter adalah mengacu pada serangkaian sikap, perilaku,
motivasi dan keterampilan.[9]
Tindakan pemerintah dalam upaya memasukkan pendidikan
karakter dalam sistem pendidikan nasional adalah karena melihat keadaan
generasi bangsa saat ini telah mengalami berbagai krisis moral. Jika kita lihat
dalam berita-berita dalam media cetak maupun media elektronik banyak berita
tentang adanya krisis-krisis moral yang telah terjadi akibat perubahan zaman. Dan
ironisnya yang sering bermasalah adalah para remaja yang masih berstatus siswa
atau mahasiswa nantinya akan menjadi penerus bangsa, jika keadaan ini di
biarkan maka kehancuran bangsa Indonesia
tinggal menunggu waktu saja.[10]
Maka dengan pendidikan karakter inilah keadaan seperti itu diharapkan dapat
dikendalikan dan menjadikan karakter bangsa ini sesuai dengan kepribadan yang
di amanahkan oleh pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan karakter dengan pendidikan akhlak sejatinya
dalam hal pengertian tidak ada perbedaan yang signifikan, karena keduanya
sama-sama tidakan yang terjadi tanpa adanya pemikiran lagi karena sudah
tertanam dalam fikiran, sehingga bisa dikatakan suatu kebiasaan.[11]
Dalam Islam sebenarnya sudah menjadi prioritas utama. Yaitu penanaman
nilai-nilai agama Islam baik menyangkut aqidah, syari’ah dan akhlak. Sehingga
pendidikan karakter sejatinya tidak dimasukkan pada materi didunia pendidikan
sekolah, melainkan sebelum pendidikan disekolah yaitu pendidikan yang ada di
keluarga, penanaman pendidikan karakter sudah di ajarkan pada anak.
Setelah melihat pemaparan di atas, maka lingkungan pendidikan
Islam merupakan salah satu sarana dalam pembentukan karakter seseorang. Artinya
lingkungan yang Islami tentunya memberikan dampak dan pengaruh yang lebih baik
dalam membentengi seseorang dari berbagai pengaruh negatif yang bisa merusak
moral seseorang karena memiliki pondasi yang kuat.
C.
FUNGSI LINGKUNGAN
PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
Dalam ilmu psikologi barat yang sedikit sudah di
uraikan dalam pendahuluan, bahwa lingkungan menjadi salah satu faktor utama
dalam pembentukan karakter ata kepribadian seseorang.
Teori itu cukup terkenal dengan sebutan teori empirisme,
yang di pelopori oleh seorang filosof kebangsaan inggris yaitu Jhon Locke
(1632-1704)[12] Sebagaimana
yang disampaikan bahwa lingkungan merupakan salah faktor pembentukan kepribadian
dari seseorang. Adapun lingkungan yang dimkasud adalah tempat dimana seseorang
itu tinggal, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
1.
Lingkungan Keluarga
Keluarga Secara literal keluarga adalah unit sosial
terkecil yang terdiri dari orang yag berada dalam seisi rumah yang sekurang
kurangnya terdiri dari suami dan isteri.[13] Abu
Ahmadi mengatakan bahwa, “keluarga adalah merupakan suatu kesatuan sosial yang
terdiri dari suami-isteri, untuk menciptakan dan membesarkan anak”.[14] Keluarga
adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang di akui keberadaannya
dalam dunia pendidikan.[15]
Di dalam al-Qur’an menyebut ratusan kali tentang
keluarga sesuai dengan konteknya, meskipun menunjukan arti bermacam-macam.
Sebagai contoh dalam surat
al-Baqarah ayat 126 kata keluarga di artikan sebagai penduduk suatu negeri.
Selanjutnya pada surat
an Nisa’ ayat 58 mengartikan keluarga sebagai orang yang berhak menerima
sesuatu.[16]
Keluarga yang baik adalah dimana dalam mengarungi
bahtera rumah tangga, selalu harmonis dan sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan
tuntunan Rasulullah saw. Maka jika keluarga hidup seperti demikian maka sudah
pasti di dalam mendidik putra-putrinya akan selalu dalam lingkungan yang Islami,
dibekali dengan pendidikan yang mampu melindungi dalam kehidupannya kelak.
Allah sendiri dalam kehidupan rumah tangga memberikan
perhatian yang sangat luar biasa dalam membina umatnya jangan sampai hidup dalam
kesesatan, sebagai keluarga wajib menjaga keluarganya dari sisksa api Negara,
sebagaimana dalam firman-Nya :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”(Q.S At-Tahrim :6)
Ketika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anak,
ketika orang tua tidak memberikan suasana sejuk dan menyenangkan bagi anak,
ketika keharmonisan anak dengan keluarga tak tercipta, ketika sistem
kekerabatan renggang, dan ketika kebutuhan anak tidak tercukupi, terutama
kebutuhan krusial, maka ketika itulah suasana keluarga tidak menciptakan dan
menyediakan suatu suasana keluarga kondusif, dan tidak menciptakan serta menyediakan
sesuatu kondisi dengan lingkungan yang kreatif bagi belajar anak.
Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, bahwa tujuan dari
membangun keluarga dalam membangun pendidikan Islam adalah :[17]
a.
Mendirikan syari’at Allah dalam
segala permasalahan rumah tangga.
b.
Mewujudkan ketentraman dan
ketenangan psikologis.
c.
Mewujudkan sunnah Rasulullah,
dengan melahirkan anak-anak saleh.
d.
Mewujudkan cinta dan kasih untuk
anak-anaknya.
e.
Menjaga fitrah anak agar anak
tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan.
Keluarga merupakan sumber utama dari seseorang untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan dan pendidikan karakter seseorang, karena
interaksi dengan anggota keluarga akan memperkenalkan hubungan sosial sesama
manusia dan hubungan kasih sayang dengan sesamanya. Maka dari itulah keluarga
memiliki fungsi dan peran penting dalam membantu pembentukan dan pembinaan
karakter diatarnya :[18]
a.
Memberikan contoh yang baik bagi
teladan seluruh anggota keluarga dalam berprilaku yang baik sesuai ajaran Rasulullah
b.
Menyediakan bagi seluruh anggota
keluarga keterbukaan waktu seluas-luasnya untk melakukan atau memprakatekkan
prilaku yang telah di ajarkan oleh orang tua dirumah.
c.
Memberikan tanggung jawab yang
sesuai dengan keadaan anggota keluarga.
d.
Menunjukkan bahwa seluruh anggota
keluarga saling mengingatkan dengan sadar dan bijaksana
e.
Menjaga seluruh anggota keluarga
dari berbagai pergaulan yang bisa merusak prilaku atau moral yang baik.
Selain itu masih banyak peran keluarga di dalam
menumbuh kembangkan anggota keluarga dalam sikap, prilaku dan aktifitas, dengan
selalu menciptakan lingkungan yang Islami dalam kehidupan sehari-hari. Itulah
mengapa keluarga merupakan pondasi pertama dalam membentuk karakter anak. Maka
alangkah pentingnya menanamkan pendidikan karakter sejak dini bagi anak.
Karakter yang paling penting dibangun dalam lingkungan
keluarga adalah karakter kemandirian yang nantinya akan menjadi kebiasaan
kelak. Selain itu kasih sayang juga menjadi wujud dari pembentukan karakter
yang di ciptakan oleh lingkungan keluarga. Sehingga jagan sampai seorang anak
berada dalam suatu lingkungan keluarga yang kurang harmonis.
2.
Lingkungan Sekolah
Pendidikan sekolah di Indonesia saat ini mulai merangkak
maju untuk mengikuti perkembangan zaman yang cukup cepat dalam hal ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pendidikan yang di usung di programkan dengan
harapan mampu mengimbangi dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Siswa
disekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan yang dikenal sebagai lingkungan
sosial siswa.[19]
Namun di akui atau tidak pendidikan di Indonesia
saat ini mengadopsi pendidikan yang lebih maju dai Barat, baik dalam sistem
ataupun yang lain. Namun sering perjalanannya, perlu di cermati lagi apakah
adopsi pendidikan barat sudah mencerminkan atau berada dalam koridor pendidikan
Islam.[20]
Yang perlu di kritisi dalam pendidikan yang ada sekarang adalah, pendidikan
yang lebih cenderung pada ranah kognitif dalam pembelajarannya, sehingga
pembentukan karakter dari siswa mulai terabaikan, meskipun sekarang digalakkan
pendidikan berbasis karakter tetapi belum mampu mengatasi terjadinya degradasi
prilaku yang terjadi.[21]
Padahal siswa menghabiskan sebagian besar waktunya
adalah disekolah, sehingga sekolah sebenarnya juga memiliki peran yang sangat
besar dalam membentuk kepribadian seseorang dalam hal ini adalah siswa. Jika
sekolah tidak mempersiapkan segala visi dan misinya dengan baik, maka sudah
barang tentu siswa tidak akan bisa menjadi orang yang memiliki kemampuan dan
kekuatan dalam perjalanan hidupnya kelak.
Sejarah Islam mencatat bahwa pendidikan sekolah yang
ada dalam Islam sejatinya tidak langsung serta merta menjadi suatu sekolah,
tetapi melalui proses yang cukup panjang sehingga menjadi sekolah atau madrasah
seperti saat ini. Adapun cikal bakal sekolah dalam sejarah Islam adalah melalui
tepat peribadatan yaitu masjid-masjid sebagaimana Rasulullah saat memberi
pelajaran kepada para sahabat.[22]
Seiring perkembangan zaman, tempat pendidikan yang
bermula dari masjid-masjid semakin mengalami kemajuan dan perubahan menuju
lembaga pendidikan yang terorganisir dan terstruktur baik menjadi lembaga
pendidikan modern. Pendidikan moderen memberikan warna dan arah yang lebih baik
dalam mendidik dan mengajarkan siapapun yang menjadi siswanya. Bagi sekolah
yang Islami arah pendiidkan pastinya menuju generasi muslim sejati yang siap
menjadi insan kamil.
Namun semakin modern suatu zaman maka tantangan dalam
dunia pendidikan juga semakin beragam, maka suatu lembaga pendidikan memiliki peran
besar dalam mencetak anak didiknya. Sekolah dituntut untuk bisa menguatkan karakter dan
kepribadian tiap muridnya, agar mampu menanggulangi setiap kondisi yang kurang
baik.[23] Karena
jika tidak memiliki kekuatan karakter yang memadai, maka pastilah para siswa
akan mudah terpengaruh pada perubahan-perubahan yang bersifat negatif. Maka
dari itu sekolah memiliki peran dan fungsi yang sangat penting akan hal
tersebut. Adapun fungsi dari suatu sekolah yang memegang teguh nilai-nilai
Islam antara lain :[24]
a.
Fungsi penyederhanaan dan
pemahaman
Siswa selaian hidup di dunia sekolah pastinya juga
bersinggungan dengan dunia luar, yang pasti akan menemui sesuatu yang berbeda,
baik pengalaman yang baik atau buruk. Maka sekolah harus mampu menjelaskan
pengalaman tersebut sesederhana mungkin sehingga bisa dipahami dengan baik,
kemudian siswa mampu menyimpulkan apa yang baik untuk dirinya dan apa yang
tidak baik untuk dirinya.
b.
Fungsi penyucian dan pembersihan
Sejalan dengan perkembangan zaman, pastilah akidah
atau keyakinan mengalami berbagai macam perubahan yang, jika tidak segera
dibenahi bisa merusak jiwa dari siswa. Fungsi sekolah adalah juga memberikan
pembenahan akidah bagi siswa-siwanya barangkali terjadi penyelewengan yang bisa
merusak akidah siswa.
c.
Fungsi memperluas wawasan dan
pengalaman anak didik.
Keberadaan sekolah seperti saat ini tidak bisa lepas
dari sejarah keberadaan suatu sekolah. Sebagaimana pendidikan yang berkembang
pesat saat ini, tidak mungkin ada jika tanpa adanya perjuangan para
pendahulunya. Maka sekolah harus mampu menjadikan para siswanya memiliki semangat
juang yang tinggi dengan diberikan berbagai banyak pengalaman dan wawasan ilmu
pengetahuan.
d.
Fungsi mewujudkan keterikatan,
integrasi, homogenitas, dan keharmonisan antar siswa.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa lingkungan sekolah
pasti di isi oleh beragam siswa dari berbagai kalangan yang bervariasi,
sehingga sekolah harus mampu menjadikan lingkungan yang beragam tersebut
menjadi lingkungan yang nyaman tanpa
adanya perasaan perbedaan antar siswa. Sekolah harus mampu menyatukan dengan
keragaman tersebut menjadi suatu lingkungan sekolah Islami.
e.
Fungsi penataan dan validasi
sarana pendidikan
Sejatinya syari’at Islam adalah sebagai control akhlak
masyarakat dan sekolah agar tidak melewati batas-batas hokum Islam. Maka
sekolah dengan adanya perkembangan zaman seperti saat ini harus memiliki saran
yang menunjang untuk memberikan ilmu seluas-luasnya bagi siswanya, agar
pendidikan Islam dapat berjalan dengan baik.
f.
Fungsi penyempurnaan tugas
keluarga dalam pendidikan.
Sekolahan merupakan lanjutan dari keluarga dalam
mendidik anak. Karena pendidikan yang pertama di alami oleh anak yaitu di
rumah. Maka amanah keluarga selanjutnya di pegang oleh sekolah sebagai sarana
menyempurnakan pendidikan untuk anak didiknya.
Dari berbagai peran di atas, sekolah memiliki peran
yang sangat penting dalam pembentukan karakter siswa, apalagi sekolah yang memegang
teguh nilai-nilai keislaman. Karena Sekolah telah membina anak tentang kecerdasan,
sikap, minat, dan lain sebagainya dengan gaya dan caranya sendiri sehingga anak
mentaatinya. Lingkungan yang positif adalah terhadap pendidikan Islam
yaitu lingkungan sekolah yang memberikan fasilitas dan motivasi untuk
berlangsungnya pendidikan agama ini. Sedangkan lingkungan sekolah yang netral
dan kurang menumbuhkan jiwa anak untuk gemar beramal, justru menjadikan anak
jumud, picik, berwawasan sempit. Sifat dan sikap ini menghambat pertumbuhan
anak. Lingkungan sekolah yang negatif terhadap pendidikan agama yaitu
lingkungan sekolah berusaha keras meniadakan kepercayaan agama di kalangan anak
didik.[25]
Setelah melihat penjelasan tersebut maka, sekolah
menjadi tempat kedua setelah keluarga dalam pembentukan karakter anak. Sebagin
besar waktu anak dihabiskan disekolah. Sekolah memiliki peran yang cukup besar
dan juga ikut bertanggung jawab akan nilai-nilai yang menjadi kebiasaan anak.
Lingkungan sekolah harus menjadi lingkungan yang
dibutuhkan oleh anak dalam perkembangan fisik dan psikisnya. Karena jika
lingkungan sekolah telah berbudaya kondusif dan teratur, maka anak secara tidak
sadar akan menjadi seorang yang tangguh dan memiliki karakter yang kuat.+
3.
Lingkungan Masyarakat
Manusia adalah mahluk yang
diciptakan oleh Allah swt yang keberadaan hidupnya tidak dapat menyendiri. Manusia
membutuhkan masyarakat di dalam pertumbuhan dan perkembangan kremajuannya yang
dapat meninggikan kualitas hidupnya.[26]
Lingkungan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan, bagaimanapun peserta didik hidup di lingkungan masyarakat sehingga pola
prilaku dan gayanya akan dipengaruhi oleh masyarakat. masyarakat yang baik akan
membentuk pola peserta didik yang baik pula. Peran masyarakat sangat besar
pengaruhnya karena anak tinggal lama di masyarakat. oleh karena itu maka
masyarakat harus mengambil bagian dari proses belajar di sekolah dan
memindahkannya di masyarakat agar pendidikan tidak hanya di sekolah, dengan
demikian maka prinsip long life education akan tercipta. Hendaknya
masyarakat dijadikan tempat penimbaan ilmu. Masyarakat dapat menyediakan akses
pendidikan non formal seperti pesantren, kursus-kursus dan lain sebagainya yang
dapat memacu dan menumbuh kembangkan potensi warganya terutama anak-anak.
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan
lingkungan keluarga sekolah. dan masyarakat pada umumnya. Pendidikan yang di alami
dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah
lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan
demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan
ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan
pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan
kesusilaan dan keagamaan.
Pendidikan dalam masyarakat ini bisa dikatakan pendidikan
secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar oleh
masyarakat. Dan anak didik secara sadar atau tidak telah mendidik dirinya
sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri, mempertebal keimanan serta
keyakinan dan keagamaan di dalam masyarakat.[27]
Maka itulah fungsi masyarakat sebagai sarana
pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari, karena mereka pasti bersinggungan
dalam masyarakat. Sehingga sudah barang tentu, pendidikan karakter yang dibina dan
ditanamkan pada siswa dalam suatu sekolah akan bisa langsung di praktekkan
dalam kehidupan masyarakat. Sehingga karakter yang baik pastinya juga akan
mempengaruhi kehidupan lingkungan masyarakat yang Islami sesuai dengan ajaran
Allah dan tuntuna Rasulullah.
Sehingga jika ketiganya dapat berjalan dengan baik,
maka manfaat lingkungan pendidikan dalam pembentukan karakter siswa adalah :
memiliki sifat jujur, empati dan mudah bersosialisasi dengan masyarakat.
D.
KESIMPULAN
Upaya pendidikan karakter yang saat ini dirasa sangat
perlu untuk ditanamkan kepada siswa. Adalah berangkat dari perkembangan zaman
yang sangat pesat baik dalam ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata memiliki
pengaruh yang luar biasa bagi siapa saja yang bersinggungan dengan hal tersebut
termasuk siswa, baik pengaruh yang bersifat positif maupun negatif.
Sejatinya yang bereran besar dalam mempengaruhi
seseorang adalah dimana seseorang itu tinggal dan menetap. Artinya ligkungankah
yang ikut berperan dalam mempengaruhi kepribadian seseorang. Sedangkan
lingkungan itu secara umum terbagi menjadi tiga , yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Ketiga lingkungan tersebut dalam perjalanannya tidak
dapat di pisahkan satu dengan yang lain. Karena keluarga adalah lingkungan
pedidikan pertama, dilanjutkan dengan lingkungan sekolah dan diaplikasikan
berlanjutsampai akhir hayat adalah dalam lingkungan masyarakat.
Dalam Islam sendiri lingkungan mendapatkan perhatian
yang cukup besar, yaitu dimana dalam pembentukan kepribadian muslim yang sejati
harus didukung oleh ketiga lingkungan di atas yang selalu dalam nuansa keislaman,
yaitu suasana yang berakar atau bersumber dari Al-Qur’a>n dan hadist Rasulullah saw.
Dengan demikian, karakter yang kuat dapat terbentuk
dengan baik yang mampu mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi meskipun
kehidupan semakin terpengaruh oleh perkembangan dan kemajauan ilmu dan
teknologi, seseora tidak akan mudah terlena oleh pengaruh-pengaruh negatif yang
bisa merusak moral suatu bangsa.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, Jumanatul ‘Ali,
(Bandung : 2004)
Al-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam Dirumah, Sekolah dan
Masyarakat, (Jakarta :Gema Insani Press, 1995)
Arifin, H. M., Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta : Bumi Aksara, 1996)
Abudinata, H., Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta :Logos Wacana Ilmu, 1997)
Amri Dkk, Sofani, Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran, (Jakarta
: PT Prestasi Pustakakarya, 2011)
Djamarah, Syamsul Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta,
2002)
Dimyati dan
Mudjiono, Belajar dan Pemblajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)
Fattah, H.
Nanang, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Bani
Qurisy, 2004)
Gandhi, Teguh Wangsa, Filsafat Pendidikan, (Jogyakarta : Ar-Ruzz
media, 2011)
Hartati Dkk, Netty, Islam dan Psikologi, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2004)
Jalaluddin,
H., dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jogyakarta : Ar-Ruzz Media,
2007)
Kulsum, Umi, Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Paikem Sebuah
Paradigma Baru Pendidikan di Indonesia, (Surabaya: Gena Pratama Pustaka,
2011)
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidik Suatu Analisa
Psikologi, Filsafat Dan Pendidikan, (Jakarta :PT Al Husna Zikra, 1995)
Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif
Islam, (Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, 2011)
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional “Kamus besar bahasa Indonesia” (Jakarta : Balai Pustaka, 2001)
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2006)
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teori Dan Praktis, (Bandung :
PT Remaja Rosda Karya, 1994)
Qomar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional
dan Metode Kritik, (Jakarta : Erlangga, 2005)
Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya :
Karya Abditama, 1994)
Uhbiyati, Nur
dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (IPI), (Bandung, CV.
PUSTAKA SETIA, 1997)
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2011)
Zuhairini,
dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
[1] Sejalan
dengan riwayat tersebut, bahwa fitrah merupakan modal seorang bayi untuk
menerima agama tauhid dan tidak akan berbeda antara bayi yang satu dengan yang
lainnya. Lihat di Abdurrahman Al-Nahlawi, Pendidikan Islam Dirumah, Sekolah
dan Masyarakat, (Jakarta :Gema Insani Press, 1995), 145
[2] Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional “Kamus besar bahasa Indonesia”(Jakarta : Balai Pustaka, 2001), 675
[3] Nur
Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (IPI), (Bandung,
CV. PUSTAKA SETIA, 1997), 234
[4] H. M.
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara), 1996,12
[5] Ibid, 14
[6]
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
63.
[7]
Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), 173.
[8] Abdul
Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2011, 14
[9] Zubaedi,
Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan,
(Jakarta : Kencana,
2011), 10
[10] Koran
Jawa Pos Edisi April 2012
[11] Abdul
Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), 12 juga bisa di
lihat di Sofani Amri Dkk, Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran, (Jakarta
: PT Prestasi Pustakakarya, 2011), 5
[12] Selain
aliran empirisme juga ada aliran lain yaitu, seperti aliran nativisme, dan
aliran konvergensi yang menggabungkan antara aliran empirisme dan nativisme
yang mana ketiga aliran ini memiliki kekuatan argument yang menguatkan
pendapatnya. Lihat Netty Hartati Dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2004), 173-175
[13]
Sedangkan dalam arti normative, keluarga adalah kumpulan beberapa orang karena
terikat oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengertidan merasa berdiri sebagai
suatu gabungan yang khas dan bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk
kebahagiaan, kesejahteraan dan ketentrama semua anggota yang ada dalam keluarga
tersebut. Lihat di H. Abudinata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta
:Logos Wacana Ilmu, 1997), 113
[14]
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 113.
[15] Syamsul
Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), 207
[16] opcit,
114
[17]
Abdurrahman Al-Nahlawi, Pendidikan Islam Dirumah, Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta :Gema Insani Press, 1995),139-144
[18] Hasan
Langgulung, Manusia dan Pendidik Suatu Analisa Psikologi, Filsafat
Dan Pendidikan, (Jakarta :PT Al Husna Zikra, 1995), 374
[19] Dimyati
dan Mudjiono, Belajar dan Pemblajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 252
[20] Mujamil
Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional dan Metode Kritik,
(Jakarta :
Erlangga, 2005), 210
[21] Ibid,
212
[22]
Abdurrahman Al-Nahlawi, Pendidikan Islam Dirumah, Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta :Gema Insani Press, 1995), 147
[23] H.
Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Bani
Qurisy, 2004), 49
[24] opcit,
152-151
[25] Nur
Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (IPI), (Bandung,
CV. PUSTAKA SETIA, 1997), 240
[26] H.
Abudinata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta :Logos Wacana Ilmu,
1997), 120
[27] Zuhairini,
dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 180
Tidak ada komentar:
Posting Komentar