Rabu, 19 Desember 2012

Lingkungan Islami


LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
oleh: Muh. Roghibi 
ABSTRAKSI
Pendidikan karakter menjadi program pemerintah yang beberapa tahun ini menjadi prioritas utama dalam proses pendidikan yang berlangsung dari tiap lembaga pendidikan, hal tersebut berdasar dari keprihatinan kondisi bangsa Indonesia khususnya generasi muda mulai bergeser moral mencerminkan kepribadian bangsa. Sebagai contoh adalah pergeseran nilai-nilai karakter akhlak pada diri seseorang.
Didalam perjalanan kehidupannya, seseorang tidak bisa lepas dari tempat dimana dia hidup atau bisa dikatakan sebagai lingkungan tempat tinggal. Ada tiga lingkungan yang berperan penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama seseorang hidup, bersama orang tua kehidupan pertama dilalui. Kepribadian baik ataupun buruk keluargalah yang menentukan nantinya. Seorang anak memiliki kecenderungan meniru orang tua yang mengasuhnya. Jika seorang anak hidup dilingkungan keluarga yang Islami, yang menjalankan kehidupan sesuai dengan ajaran Islam, sudah bias dipastikan anak tersebut akan tumbuh menjadi apa yang di inginkan oleh orang tuanya.
Selanjutnya lingkungan sekolah sebagai lingkungan kedua seorang anak hidup. Lingkungan sekolah yang teratur dan terib, di ajarkan nilai-nilai krpibadian yang sesuai dengan falsafah Negara dan keislaman yang beriringan, pasti seorang anak akan menjadi orang yang tangguh yang mampu membrikan warna yang positif dilingkungan dimana anak tersebut nantinya tinggal.
Terakhir adalah lingkungan masyarakat, sebagai barometer dari hasil pendidikan keluarga dan pedidikan sekolah. Jika kehidupan keluarga dan sekolah didapatkan seorang anak dalam lingkungan yang kondusif tertib dan teratur, maka sekembalinya kedalam masyarakat pastinya memberikan kontribusi yang positif yaitu terciptanya budaya yang sejalan dengan kepribadian bangs, khususnya kehidupan yang Islami.
Ketiga lingkungan tersebut, tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, tetapi ketiganya merupakan satu kesatuan yang saling berkesinambungan dan mendukung. Jika ketiganya mampu memfungsikan perannya dengan sebaik-baiknya, maka pasti terciptanya pribadi yang berkarakter sesuai dengan harapan bangsa. Kehidupan akan berjalan dengan tuntuna Islam, sehingga masalah-masalah moral yang akhir-akhir ini menjadi problem secara berangsur-angsur kembali kepada kehidupan bangsa yang bermoral dan bermartabat.





 
A.    PENDAHULUAN
Manusia terlahir sebagai mahluk sosial, artinya manusia tidak mampu hidup sendirian membutuhkan orang lain. Manusia membutuhkan teman untuk berinteraksi karena manusia memang hidup di dunia ini dalam lingkungan tertentu.
Perjalanan hidup seseorang pastinya tidak mampu lepas dari dimana manusia itu hidup. Dilingkungan seperti apa dia menjalankan kehidupannya, maka dari itu lingkungan memberikan pengaruh pada kepribadian seseorang, baik pengaruh yang baik atau buruk. Berbicara tentang lingkungan pada saat ini, kita dihadapkan pada suatu keadaan dimana lingkungan menjadi faktor utama dalam menentukan hasil keadaan seseorang kelak. Kondisi zaman sekarang ini dengan adanya kemajuan berbagai ilmu dan teknologi pengaruhnya luar biasa bisa dirasakan.
Dalam ilmu psikologi barat, lingkungan mempunyai posisi yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Teori tersebut terkenal dengan yaitu teori Empirisme. dimana lingkunganlah yang menjadikan seseorang itu kelak seperti apa, pengalaman apa saja yang di rasakan oleh seseorang dalam lingkungan hidupnya kelak yang akan memebentuk karakternya.
Selain itu di dalam Islam sendiripun ternyata Rasulullah juga memiliki pendapat tentang kepribadian seseorang yang tersirat didalam hadistnya, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yaitu :[1]
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan ‘fitrah’. Maka, kedua orang tuanya (mewakili lingkungan) yang dapat menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.(H.R Bukhari)

Melihat hadist di atas, maka kepribadian seseorang dalam prosesnya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam Islam sendiri sebenarnya juga memiliki beberapa aliran yang terkait dalam hal itu, seperti aliran jabariah dan qodariah.
Namun dalam makalah ini, penulis akan membahas pada pengaruh lingkungan keluarga yang Islami dalam pembentukan karakter atau kepribadian seseorang. Sejatinya jika membahas kajian lingkungan setidaknya ada 3 lingkungan kaitannya dengan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dalam ruang lingkup keislaman, artinya sejauh manakah lingkungan Islam dalam memberikan kontribusinya dalam memelihara umatnya untuk selalu berada jalan Allah swt dari tinjauan filsafat pendidikan Islam, dan lingkungan pendidikan Islam dalampembentukan karakter.
B.     HAKIKAT LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
1.      Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam dalam Pendidikan Karakter.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan lingkungan adalah daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk didalamnya.[2] Sedangkan Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.
Lingkungan adalah sesuatu  yang berada diluar diri anak dan mempengaruhi perkembanganya. Menurut Sartain (Ahli psikolog dari Amerika)  mengatakan bahwa yang dimaksud lingkungan sekitar adalah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi  tingka laku manusia, pertumbuhan, perkembagan, kecuali gen-gen.[3]
Jadi lingkungan adalah suatu tempat dimana seseorang itu hidup dan berkembang. Jika dihubungkan dengan lingkungan Islam maka suatu keadaan yang selalu dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam atau berkarakteristik keislaman adalah lingkungan Islami, Artinya keadaan lingkungan yang berkarakter Islami sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah.
Dalam Islam sendiri lingkungan Islami menjadi salah satu tujuan dari upaya pendidikan Islam. Karena Rasulullah sendiri dalam upaya mengembangkan Islam saat hijrah di kota madinah, yang dilakukan pertama kali adalah membangun masjid sebagai pusat ibadah dan pendidikan. Artinya lingkungan Islam yang di inginkan oleh Rasulullah pada saat itu bermuara dari masjid sebagai lingkungan yang memberikan pendidikan untuk kehidupan masyarakat selain sebagai sarana untuk beribadah.
Sedangkan pendidikan sudah banyak dijelaskan oleh banyak pakar pendidikan, diantaranya beberapa pendapat dari ahli pendidikan barat yang dikutip oleh H. M. Arifin diantarnya :[4]
a.       Mortimer J. Adler menjelaskan bahwa pendidikan adalah suatu proses dengan nama semua kemampuan m,anusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik
b.      Herman H. Horne berpendapat bahwa pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesama manusia dan dengan tabiat tertinggi dari kosmos.
Jadi arti pokok yang terkandung dari pendapat di atas adalah bahwa proses pendidikan itu mengarah pada tujuan tertentu. Tujuan kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan menurut pakar dari kalangan pendidikan Islam yang juga dikutip oleh Arifin, yaitu prof. Dr. Oemar Muhammad Al-Toumy al-Syaebani menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses pendidikan.[5]
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, alam yang bergerak maupun alam yang tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang”.[6] Hal yang sama juga ditandaskan oleh Zuhairini, bahwa lingkungan dalam konteks agama adalah lingkungan alam sekitar di mana anak didik berada, tentunya memiliki pengaruh terhadap perasaan dan sikapnya akan keyakinan atau agamanya.[7]
Jadi bisa di ambil sebuah pengertian bahwa lingkungan pendidikan Islam adalah suatu tempat yang memungkinkannya berkembangnya seseorang secara normal sehingga mampu meningkatkan kualitas diri, dan mengaktualisasikan diri berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam.
Pendidikan karakter pada saat ini menjadi pembicaraan yang cukup hangat, sebagai pengembangan sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Dimana pendidikan dirasakan oleh pemerintah telah mengalami degradasi yang menjadikan pemerintah melakukan berbagai upaya pengembangan pendidikan yang sudah berjalan selama ini.
Pendidikan karakter adalah upaya untuk membentuk budi pekerti atau perilaku yang tercermin dalam kata, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja, dan hasil karya berdasarkan nilai, norma dan moral luhur bangsa Indonesia melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.[8] Selain itu, pendidikan karakter adalah mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi dan keterampilan.[9]
Tindakan pemerintah dalam upaya memasukkan pendidikan karakter dalam sistem pendidikan nasional adalah karena melihat keadaan generasi bangsa saat ini telah mengalami berbagai krisis moral. Jika kita lihat dalam berita-berita dalam media cetak maupun media elektronik banyak berita tentang adanya krisis-krisis moral yang telah terjadi akibat perubahan zaman. Dan ironisnya yang sering bermasalah adalah para remaja yang masih berstatus siswa atau mahasiswa nantinya akan menjadi penerus bangsa, jika keadaan ini di biarkan maka kehancuran bangsa Indonesia tinggal menunggu waktu saja.[10] Maka dengan pendidikan karakter inilah keadaan seperti itu diharapkan dapat dikendalikan dan menjadikan karakter bangsa ini sesuai dengan kepribadan yang di amanahkan oleh pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan karakter dengan pendidikan akhlak sejatinya dalam hal pengertian tidak ada perbedaan yang signifikan, karena keduanya sama-sama tidakan yang terjadi tanpa adanya pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam fikiran, sehingga bisa dikatakan suatu kebiasaan.[11] Dalam Islam sebenarnya sudah menjadi prioritas utama. Yaitu penanaman nilai-nilai agama Islam baik menyangkut aqidah, syari’ah dan akhlak. Sehingga pendidikan karakter sejatinya tidak dimasukkan pada materi didunia pendidikan sekolah, melainkan sebelum pendidikan disekolah yaitu pendidikan yang ada di keluarga, penanaman pendidikan karakter sudah di ajarkan pada anak.
Setelah melihat pemaparan di atas, maka lingkungan pendidikan Islam merupakan salah satu sarana dalam pembentukan karakter seseorang. Artinya lingkungan yang Islami tentunya memberikan dampak dan pengaruh yang lebih baik dalam membentengi seseorang dari berbagai pengaruh negatif yang bisa merusak moral seseorang karena memiliki pondasi yang kuat.
C.    FUNGSI LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
Dalam ilmu psikologi barat yang sedikit sudah di uraikan dalam pendahuluan, bahwa lingkungan menjadi salah satu faktor utama dalam pembentukan karakter ata kepribadian seseorang.
Teori itu cukup terkenal dengan sebutan teori empirisme, yang di pelopori oleh seorang filosof kebangsaan inggris yaitu Jhon Locke (1632-1704)[12] Sebagaimana yang disampaikan bahwa lingkungan merupakan salah faktor pembentukan kepribadian dari seseorang. Adapun lingkungan yang dimkasud adalah tempat dimana seseorang itu tinggal, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
1.      Lingkungan Keluarga
Keluarga Secara literal keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari orang yag berada dalam seisi rumah yang sekurang kurangnya terdiri dari suami dan isteri.[13] Abu Ahmadi mengatakan bahwa, “keluarga adalah merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari suami-isteri, untuk menciptakan dan membesarkan anak”.[14] Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang di akui keberadaannya dalam dunia pendidikan.[15]
Di dalam al-Qur’an menyebut ratusan kali tentang keluarga sesuai dengan konteknya, meskipun menunjukan arti bermacam-macam. Sebagai contoh dalam surat al-Baqarah ayat 126 kata keluarga di artikan sebagai penduduk suatu negeri. Selanjutnya pada surat an Nisa’ ayat 58 mengartikan keluarga sebagai orang yang berhak menerima sesuatu.[16]
Keluarga yang baik adalah dimana dalam mengarungi bahtera rumah tangga, selalu harmonis dan sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan tuntunan Rasulullah saw. Maka jika keluarga hidup seperti demikian maka sudah pasti di dalam mendidik putra-putrinya akan selalu dalam lingkungan yang Islami, dibekali dengan pendidikan yang mampu melindungi dalam kehidupannya kelak.
Allah sendiri dalam kehidupan rumah tangga memberikan perhatian yang sangat luar biasa dalam membina umatnya jangan sampai hidup dalam kesesatan, sebagai keluarga wajib menjaga keluarganya dari sisksa api Negara, sebagaimana dalam firman-Nya :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(Q.S At-Tahrim :6)

Ketika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anak, ketika orang tua tidak memberikan suasana sejuk dan menyenangkan bagi anak, ketika keharmonisan anak dengan keluarga tak tercipta, ketika sistem kekerabatan renggang, dan ketika kebutuhan anak tidak tercukupi, terutama kebutuhan krusial, maka ketika itulah suasana keluarga tidak menciptakan dan menyediakan suatu suasana keluarga kondusif, dan tidak menciptakan serta menyediakan sesuatu kondisi dengan lingkungan yang kreatif bagi belajar anak.
Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, bahwa tujuan dari membangun keluarga dalam membangun pendidikan Islam adalah :[17]
a.       Mendirikan syari’at Allah dalam segala permasalahan rumah tangga.
b.      Mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis.
c.       Mewujudkan sunnah Rasulullah, dengan melahirkan anak-anak saleh.
d.      Mewujudkan cinta dan kasih untuk anak-anaknya.
e.       Menjaga fitrah anak agar anak tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan.
Keluarga merupakan sumber utama dari seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan pendidikan karakter seseorang, karena interaksi dengan anggota keluarga akan memperkenalkan hubungan sosial sesama manusia dan hubungan kasih sayang dengan sesamanya. Maka dari itulah keluarga memiliki fungsi dan peran penting dalam membantu pembentukan dan pembinaan karakter diatarnya :[18]
a.       Memberikan contoh yang baik bagi teladan seluruh anggota keluarga dalam berprilaku yang baik sesuai ajaran Rasulullah
b.      Menyediakan bagi seluruh anggota keluarga keterbukaan waktu seluas-luasnya untk melakukan atau memprakatekkan prilaku yang telah di ajarkan oleh orang tua dirumah.
c.       Memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan keadaan anggota keluarga.
d.      Menunjukkan bahwa seluruh anggota keluarga saling mengingatkan dengan sadar dan bijaksana
e.       Menjaga seluruh anggota keluarga dari berbagai pergaulan yang bisa merusak prilaku atau moral yang baik.
Selain itu masih banyak peran keluarga di dalam menumbuh kembangkan anggota keluarga dalam sikap, prilaku dan aktifitas, dengan selalu menciptakan lingkungan yang Islami dalam kehidupan sehari-hari. Itulah mengapa keluarga merupakan pondasi pertama dalam membentuk karakter anak. Maka alangkah pentingnya menanamkan pendidikan karakter sejak dini bagi anak.
Karakter yang paling penting dibangun dalam lingkungan keluarga adalah karakter kemandirian yang nantinya akan menjadi kebiasaan kelak. Selain itu kasih sayang juga menjadi wujud dari pembentukan karakter yang di ciptakan oleh lingkungan keluarga. Sehingga jagan sampai seorang anak berada dalam suatu lingkungan keluarga yang kurang harmonis.
2.      Lingkungan Sekolah
Pendidikan sekolah di Indonesia saat ini mulai merangkak maju untuk mengikuti perkembangan zaman yang cukup cepat dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan yang di usung di programkan dengan harapan mampu mengimbangi dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Siswa disekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa.[19]
Namun di akui atau tidak pendidikan di Indonesia saat ini mengadopsi pendidikan yang lebih maju dai Barat, baik dalam sistem ataupun yang lain. Namun sering perjalanannya, perlu di cermati lagi apakah adopsi pendidikan barat sudah mencerminkan atau berada dalam koridor pendidikan Islam.[20] Yang perlu di kritisi dalam pendidikan yang ada sekarang adalah, pendidikan yang lebih cenderung pada ranah kognitif dalam pembelajarannya, sehingga pembentukan karakter dari siswa mulai terabaikan, meskipun sekarang digalakkan pendidikan berbasis karakter tetapi belum mampu mengatasi terjadinya degradasi prilaku yang terjadi.[21]
Padahal siswa menghabiskan sebagian besar waktunya adalah disekolah, sehingga sekolah sebenarnya juga memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian seseorang dalam hal ini adalah siswa. Jika sekolah tidak mempersiapkan segala visi dan misinya dengan baik, maka sudah barang tentu siswa tidak akan bisa menjadi orang yang memiliki kemampuan dan kekuatan dalam perjalanan hidupnya kelak.
Sejarah Islam mencatat bahwa pendidikan sekolah yang ada dalam Islam sejatinya tidak langsung serta merta menjadi suatu sekolah, tetapi melalui proses yang cukup panjang sehingga menjadi sekolah atau madrasah seperti saat ini. Adapun cikal bakal sekolah dalam sejarah Islam adalah melalui tepat peribadatan yaitu masjid-masjid sebagaimana Rasulullah saat memberi pelajaran kepada para sahabat.[22]
Seiring perkembangan zaman, tempat pendidikan yang bermula dari masjid-masjid semakin mengalami kemajuan dan perubahan menuju lembaga pendidikan yang terorganisir dan terstruktur baik menjadi lembaga pendidikan modern. Pendidikan moderen memberikan warna dan arah yang lebih baik dalam mendidik dan mengajarkan siapapun yang menjadi siswanya. Bagi sekolah yang Islami arah pendiidkan pastinya menuju generasi muslim sejati yang siap menjadi insan kamil.
Namun semakin modern suatu zaman maka tantangan dalam dunia pendidikan juga semakin beragam, maka suatu lembaga pendidikan memiliki peran besar dalam mencetak anak didiknya. Sekolah  dituntut untuk bisa menguatkan karakter dan kepribadian tiap muridnya, agar mampu menanggulangi setiap kondisi yang kurang baik.[23] Karena jika tidak memiliki kekuatan karakter yang memadai, maka pastilah para siswa akan mudah terpengaruh pada perubahan-perubahan yang bersifat negatif. Maka dari itu sekolah memiliki peran dan fungsi yang sangat penting akan hal tersebut. Adapun fungsi dari suatu sekolah yang memegang teguh nilai-nilai Islam antara lain :[24]
a.       Fungsi penyederhanaan dan pemahaman
Siswa selaian hidup di dunia sekolah pastinya juga bersinggungan dengan dunia luar, yang pasti akan menemui sesuatu yang berbeda, baik pengalaman yang baik atau buruk. Maka sekolah harus mampu menjelaskan pengalaman tersebut sesederhana mungkin sehingga bisa dipahami dengan baik, kemudian siswa mampu menyimpulkan apa yang baik untuk dirinya dan apa yang tidak baik untuk dirinya.
b.      Fungsi penyucian dan pembersihan
Sejalan dengan perkembangan zaman, pastilah akidah atau keyakinan mengalami berbagai macam perubahan yang, jika tidak segera dibenahi bisa merusak jiwa dari siswa. Fungsi sekolah adalah juga memberikan pembenahan akidah bagi siswa-siwanya barangkali terjadi penyelewengan yang bisa merusak akidah siswa.
c.       Fungsi memperluas wawasan dan pengalaman anak didik.
Keberadaan sekolah seperti saat ini tidak bisa lepas dari sejarah keberadaan suatu sekolah. Sebagaimana pendidikan yang berkembang pesat saat ini, tidak mungkin ada jika tanpa adanya perjuangan para pendahulunya. Maka sekolah harus mampu menjadikan para siswanya memiliki semangat juang yang tinggi dengan diberikan berbagai banyak pengalaman dan wawasan ilmu pengetahuan.
d.      Fungsi mewujudkan keterikatan, integrasi, homogenitas, dan keharmonisan antar siswa.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa lingkungan sekolah pasti di isi oleh beragam siswa dari berbagai kalangan yang bervariasi, sehingga sekolah harus mampu menjadikan lingkungan yang beragam tersebut menjadi lingkungan  yang nyaman tanpa adanya perasaan perbedaan antar siswa. Sekolah harus mampu menyatukan dengan keragaman tersebut menjadi suatu lingkungan sekolah Islami.
e.       Fungsi penataan dan validasi sarana pendidikan
Sejatinya syari’at Islam adalah sebagai control akhlak masyarakat dan sekolah agar tidak melewati batas-batas hokum Islam. Maka sekolah dengan adanya perkembangan zaman seperti saat ini harus memiliki saran yang menunjang untuk memberikan ilmu seluas-luasnya bagi siswanya, agar pendidikan Islam dapat berjalan dengan baik.
f.       Fungsi penyempurnaan tugas keluarga dalam pendidikan.
Sekolahan merupakan lanjutan dari keluarga dalam mendidik anak. Karena pendidikan yang pertama di alami oleh anak yaitu di rumah. Maka amanah keluarga selanjutnya di pegang oleh sekolah sebagai sarana menyempurnakan pendidikan untuk anak didiknya.
Dari berbagai peran di atas, sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter siswa, apalagi sekolah yang memegang teguh nilai-nilai keislaman. Karena Sekolah telah membina anak tentang kecerdasan, sikap, minat, dan lain sebagainya dengan gaya dan caranya sendiri sehingga anak mentaatinya. Lingkungan yang positif  adalah terhadap pendidikan Islam yaitu lingkungan sekolah yang memberikan fasilitas dan motivasi untuk berlangsungnya pendidikan agama ini. Sedangkan lingkungan sekolah yang netral dan kurang menumbuhkan jiwa anak untuk gemar beramal, justru menjadikan anak jumud, picik, berwawasan sempit. Sifat dan sikap ini menghambat pertumbuhan anak. Lingkungan sekolah yang negatif terhadap pendidikan agama yaitu lingkungan sekolah berusaha keras meniadakan kepercayaan agama di kalangan anak didik.[25]
Setelah melihat penjelasan tersebut maka, sekolah menjadi tempat kedua setelah keluarga dalam pembentukan karakter anak. Sebagin besar waktu anak dihabiskan disekolah. Sekolah memiliki peran yang cukup besar dan juga ikut bertanggung jawab akan nilai-nilai yang menjadi kebiasaan anak.
Lingkungan sekolah harus menjadi lingkungan yang dibutuhkan oleh anak dalam perkembangan fisik dan psikisnya. Karena jika lingkungan sekolah telah berbudaya kondusif dan teratur, maka anak secara tidak sadar akan menjadi seorang yang tangguh dan memiliki karakter yang kuat.+

3.      Lingkungan Masyarakat
Manusia adalah mahluk yang diciptakan oleh Allah swt yang keberadaan hidupnya tidak dapat menyendiri. Manusia membutuhkan masyarakat di dalam pertumbuhan dan perkembangan kremajuannya yang dapat meninggikan kualitas hidupnya.[26] Lingkungan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan, bagaimanapun peserta didik hidup di lingkungan masyarakat sehingga pola prilaku dan gayanya akan dipengaruhi oleh masyarakat. masyarakat yang baik akan membentuk pola peserta didik yang baik pula. Peran masyarakat sangat besar pengaruhnya karena anak tinggal lama di masyarakat. oleh karena itu maka masyarakat harus mengambil bagian dari proses belajar di sekolah dan memindahkannya di masyarakat agar pendidikan tidak hanya di sekolah, dengan demikian maka prinsip long life education akan tercipta. Hendaknya masyarakat dijadikan tempat penimbaan ilmu. Masyarakat dapat menyediakan akses pendidikan non formal seperti pesantren, kursus-kursus dan lain sebagainya yang dapat memacu dan menumbuh kembangkan potensi warganya terutama anak-anak.
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan keluarga sekolah. dan masyarakat pada umumnya. Pendidikan yang di alami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Pendidikan dalam masyarakat ini bisa dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar oleh masyarakat. Dan anak didik secara sadar atau tidak telah mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan dan keagamaan di dalam masyarakat.[27]
Maka itulah fungsi masyarakat sebagai sarana pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari, karena mereka pasti bersinggungan dalam masyarakat. Sehingga sudah barang tentu, pendidikan karakter yang dibina dan ditanamkan pada siswa dalam suatu sekolah akan bisa langsung di praktekkan dalam kehidupan masyarakat. Sehingga karakter yang baik pastinya juga akan mempengaruhi kehidupan lingkungan masyarakat yang Islami sesuai dengan ajaran Allah dan tuntuna Rasulullah.
Sehingga jika ketiganya dapat berjalan dengan baik, maka manfaat lingkungan pendidikan dalam pembentukan karakter siswa adalah : memiliki sifat jujur, empati dan mudah bersosialisasi dengan masyarakat.

D.    KESIMPULAN
Upaya pendidikan karakter yang saat ini dirasa sangat perlu untuk ditanamkan kepada siswa. Adalah berangkat dari perkembangan zaman yang sangat pesat baik dalam ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata memiliki pengaruh yang luar biasa bagi siapa saja yang bersinggungan dengan hal tersebut termasuk siswa, baik pengaruh yang bersifat positif maupun negatif.
Sejatinya yang bereran besar dalam mempengaruhi seseorang adalah dimana seseorang itu tinggal dan menetap. Artinya ligkungankah yang ikut berperan dalam mempengaruhi kepribadian seseorang. Sedangkan lingkungan itu secara umum terbagi menjadi tiga , yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Ketiga lingkungan tersebut dalam perjalanannya tidak dapat di pisahkan satu dengan yang lain. Karena keluarga adalah lingkungan pedidikan pertama, dilanjutkan dengan lingkungan sekolah dan diaplikasikan berlanjutsampai akhir hayat adalah dalam lingkungan masyarakat.
Dalam Islam sendiri lingkungan mendapatkan perhatian yang cukup besar, yaitu dimana dalam pembentukan kepribadian muslim yang sejati harus didukung oleh ketiga lingkungan di atas yang selalu dalam nuansa keislaman, yaitu suasana yang berakar atau bersumber dari Al-Qur’a>n dan hadist Rasulullah saw.
Dengan demikian, karakter yang kuat dapat terbentuk dengan baik yang mampu mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi meskipun kehidupan semakin terpengaruh oleh perkembangan dan kemajauan ilmu dan teknologi, seseora tidak akan mudah terlena oleh pengaruh-pengaruh negatif yang bisa merusak moral suatu bangsa.


























DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, Jumanatul ‘Ali, (Bandung : 2004)

Al-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam Dirumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta :Gema Insani Press, 1995)
Arifin, H. M., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996)
Abudinata, H., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta :Logos Wacana Ilmu, 1997)
Amri Dkk, Sofani, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, (Jakarta : PT Prestasi Pustakakarya, 2011)
Djamarah, Syamsul Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002)
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pemblajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)
Fattah, H. Nanang, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Bani Qurisy, 2004)
Gandhi, Teguh Wangsa, Filsafat Pendidikan, (Jogyakarta : Ar-Ruzz media, 2011)
Hartati Dkk, Netty, Islam dan Psikologi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004)
Jalaluddin, H., dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007)
Kulsum, Umi, Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Paikem Sebuah Paradigma Baru Pendidikan di Indonesia, (Surabaya: Gena Pratama Pustaka, 2011)
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidik Suatu Analisa Psikologi, Filsafat Dan Pendidikan, (Jakarta :PT Al Husna Zikra, 1995)
Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011)
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional “Kamus besar bahasa Indonesia” (Jakarta : Balai Pustaka, 2001)
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2006)
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teori Dan Praktis, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1994)
Qomar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional dan Metode Kritik, (Jakarta : Erlangga, 2005)
Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya : Karya Abditama, 1994)
Uhbiyati, Nur dan Abu  Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (IPI), (Bandung, CV. PUSTAKA SETIA, 1997)
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2011)
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)





[1] Sejalan dengan riwayat tersebut, bahwa fitrah merupakan modal seorang bayi untuk menerima agama tauhid dan tidak akan berbeda antara bayi yang satu dengan yang lainnya. Lihat di Abdurrahman Al-Nahlawi, Pendidikan Islam Dirumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta :Gema Insani Press, 1995), 145
[2] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional “Kamus besar bahasa Indonesia”(Jakarta : Balai Pustaka, 2001), 675
[3] Nur Uhbiyati dan Abu  Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (IPI), (Bandung, CV. PUSTAKA SETIA, 1997), 234
[4] H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara), 1996,12
[5] Ibid, 14
[6] Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 63.
[7] Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 173.
[8] Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011, 14
[9] Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2011), 10
[10] Koran Jawa Pos Edisi April 2012
[11] Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), 12 juga bisa di lihat di Sofani Amri Dkk, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, (Jakarta : PT Prestasi Pustakakarya, 2011), 5
[12] Selain aliran empirisme juga ada aliran lain yaitu, seperti aliran nativisme, dan aliran konvergensi yang menggabungkan antara aliran empirisme dan nativisme yang mana ketiga aliran ini memiliki kekuatan argument yang menguatkan pendapatnya. Lihat Netty Hartati Dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), 173-175
[13] Sedangkan dalam arti normative, keluarga adalah kumpulan beberapa orang karena terikat oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengertidan merasa berdiri sebagai suatu gabungan yang khas dan bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk kebahagiaan, kesejahteraan dan ketentrama semua anggota yang ada dalam keluarga tersebut. Lihat di H. Abudinata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta :Logos Wacana Ilmu, 1997), 113
[14] Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 113.
[15] Syamsul Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), 207
[16] opcit, 114
[17] Abdurrahman Al-Nahlawi, Pendidikan Islam Dirumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta :Gema Insani Press, 1995),139-144
[18] Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidik Suatu Analisa Psikologi, Filsafat Dan Pendidikan, (Jakarta :PT Al Husna Zikra, 1995), 374
[19] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pemblajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 252
[20] Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional dan Metode Kritik, (Jakarta : Erlangga, 2005), 210
[21] Ibid, 212
[22] Abdurrahman Al-Nahlawi, Pendidikan Islam Dirumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta :Gema Insani Press, 1995), 147
[23] H. Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Bani Qurisy, 2004), 49
[24] opcit, 152-151
[25] Nur Uhbiyati dan Abu  Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (IPI), (Bandung, CV. PUSTAKA SETIA, 1997), 240
[26] H. Abudinata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta :Logos Wacana Ilmu, 1997), 120
[27] Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 180

Tidak ada komentar:

Posting Komentar